Oleh: Jeremiah Comey
Dipetik dari tulisan Jeremian Comey di Bab 2 buku; The Art of Film Acting, A Guide for Actors and Directors, terbitan Focal Press tahun 2002.
Diterjemah bebas oleh Eko Santosa
Emosi dan Perasaan
Apakah perbedaan antara emosi dan perasaan? Tidak ada bedanya. Perasaan adalah emosi itu sendiri. Ketika Anda merasa bahagia, Anda mengalami emosi kebahagiaan. Perasaan sedih adalah emosi mengenai kesedihan. Perasaan dan emosi berasa dari sisi kanan otak Anda dan tidak ada kaitannya dengan logika di sisi kiri otak. Anda dapat memutuskan apa yang mesti dipikirkan, namun Anda tidak dapat memutuskan apa yang mesti dirasakan. Oleh karena itulah, kenapa pemain sepak bola yang gagah dapat menangis dan terharu ketika namanya terpampang di ruang kemashuran (hall of fame). Mereka tidak dapat membendung perasaannya. Ketika Anda berakting, perasaan Anda akan seperti itu – Anda tidak dapat membendungnya. Perasaan itu akan muncul dari reaksi terhadap aktor lain dan terhadap suasana adegan. “Maafkan”, pemain sepak bola tersebut merasa malu karena mempertontonkan emosinya dan mencoba untuk menekannya. Anda, sebagai aktor, mesti mempersilakan emosi dan tentu saja tidak perlu menekannya. Anda tidak bisa membohongi emosi, namun ada bebera aktor yang mencoba membohongi emosi sepanjang waktu.
Ada beberapa aktor yang memang berlaku seperti itu, yang oleh Constantine Stanislavsky disebut sebagai “aktor mekanik”. Meskipun mereka merupakan aktor yang dianggap baik di televisi, kita dapat menyaksikan parade aktor berkampuan menengah semacam itu, yang selalu “mengaktingkan” emosi, secara terus menerus. Stanislavsky berkata bahwa aktor mekanik akan menggunakan ekspresi wajah, mimikri, suara, dan gestur untuk memperlihatkan kepada kita topeng yang kosong dan tak berperasaan serta khayal. “Mengindikasikan” merupakan usaha untuk mengekspresikan perasaan bukan dari dalam jiwa melainkan dari sisi luar dengan menggunakan tubuh, perangkat suara yang diharapkan dapat mewakili satu perasaan tertentu. Ketika Anda secara sengaja, sebelum waktunya, memutuskan untuk membangkitkan emosi tertentu, maka Anda hanya akan menampilkan tanda-tanda emosi tersebut, bukan mengalaminya. Sanford Meisner berkata, “kamu tidak dapat memalsukan emosi”. Kamera tahu perbedaannya.
Saya tidak percaya dalam pelatihan emosi adegan; Anda tidak dapat melatihkan mekanisme adegan. Sesuatu yang aktual terjadi ketika kamera mulai merekam (George Cukor).
Subteks
Subteks adalah apa yang Anda katakan tanpa memperhatikan apa yang tertulis sebagai kalimat dialog Anda. Hal ini merupakan makna sesungguhnya yang ada di dalam dialog, dan hal inilah yang Anda komunikasikan ketika berdialog terhadap siapapun di dalam film. Kalimat dialog yang Anda ucapkan di dalam film jarang sekali menyampaikan makna yang sama dengan kalimat dialog teater panggung. Hal ini terjadi karena makna sesungguhnya pada adegan film berada di dalam subteks yang Anda ciptakan tatkala Anda mengalami momen nyata pada saat pengambilan gambar. Makna yang tercipta saat itu seringkali berkait tipis dengan kalimat dialog. Aktor panggung tidak memiliki close-up sehingga penonton bisa menyaksikan emosi mereka sedekat dalam film. Di atas panggung, subteks sangat sedikit karena kalimat dialog menjelaskan segalanya secara gamblang. Di dalam film, ketika dialog menjelaskan cerita, situasi atau perasaan, justru akan melahirkan kepalsuan dan menyebalkan. Penampilan Anda di film, umumnya close-up, bergantung pada reaksi jujur Anda terhadap situasi dan aktor lainnya. Tidak sama dengan aktor panggung dalam mempersiapkan dirinya, hampir semua aktor baik tidak melatihkan atau merencanakan dengan pasti bagaimana mereka mau bereaksi dalam sebuah adegan.
baca juga : Akting Panggung vs Film -3
Subteks adalah komunikasi tak terkatakan melalui emosi atau perasaan Anda. Tanpa memperhatikan baris kalimat dialog Anda di naskah, subteks adalah apa yang sesungguhnya Anda maksud dan apa yang ditonton secara nyata oleh penonton, meskipun secara logika tidak tersadari. Melalui subteks, penonton menemukan jalinan hubungan Anda dengan aktor lainnya, dan hanya ketika anda terhubung dengan aktor lain maka subteks menemukan kebergunaannya.
Orang tidak selalu mengekspresikan dalamnya pikiran kepada orang lain; sebuah percakapan mungkin tidak diperlukan, namun seringkali tatapan mata akan mengungkapkan apa yang sesugguhnya dipikiran atau dirasakan seseorang (Alfred Hitchcock).
Anda mengomunikasikan subteks melalui nada suara, bahasa tubuh, tatapan, dan emosi, tetapi hal itu terjadi hanya ketika berasal dari responsi emosional atas situasi dan aktor lainnya dan bukan dari indikasi sebagaimana yang dilakukan aktor mekanik. Subteks adalah kedalaman rasa yang membuat penonton memahami apa yang sesungguhnya terjadi di antara para aktor. Subteks secara nyata tidak mungkin untuk dilatihkan karena merupakan sesuatu yang mesti dialami langsung sehingga sulit untuk diduplikasi. Sutradara umumnya mencoba merancang blocking untuk membantu para aktor memunculkan subteks.
=== bersambung ===
0 komentar