Oleh: Dr. Hsien-Hui Lee
diterjemah secara bebas oleh Eko Santosa dari:
www-ms.cc.ntu.edu.tw/~theatre/course/th6_300/th6_300.htm
Tingkat sosioekonomi dan kepribadian tokoh
Sebagian besar tata panggung memberikan indikasi jenis-jenis karakter yang akan beraktivitas di dalamnya. Desainer artistik secara umum menggunakan set, peranti, dan peralatan untuk mencapai efek sosioekonomi ini. Sebuah ruang keluarga dengan hiasan murah namun cukup memberikan nuansa rasa pada semua perlengkapannya memberikan gambaran jenis pekerjaan orang yang tinggal di dalamnya, sementara di ruang yang sama namun dengan hiasan lebih mahal dan terlalu menyolok mengindikasikan bahwa orang yang tinggal di dalamnya sangatlah berbeda. Jika ruang tersebut dipenuhi barang seperti piring kotor, pakaian berserak, dan beberapa benaa kotor lain, dapat dipastikan bahwa yang tinggal di dalamnya adalah jenis karakter (tokoh) yang sangat berbeda.
baca juga : Teori Desain Skenografis - 2
Memilih furnitur bisa sangat kompleks karena banyak faktor yang dapat mempengaruhi kegunaan dari furnitur itu sendiri. Status pemilik furnitur sangatlah mempengaruhi tidak hanya gaya tetapi juga jumlahnya. Jika tokoh utama dalam lakon tersebut adalah orang yang suka mengumpulkan barang, maka jumlah furnitur yang ditata pasti akan lebih banyak dibanding jika tokoh utama adalah orang yang memiliki sifat pemilih. Tentu saja ada banyak situasi yang menghalangi penata artistik untuk dapat memberikan indikasi tingkat sosioekonomi atau kepribadian tokoh. Contoh dari situasi ini adalah termasuk produksi yang dilaksanakan di dalam studio (studio production) yang mana kotak atau kubus kayu dengan warna netral digunakan sebagai furnitur untuk semua produksi, hal yang sama terjadi pada produksi berbiaya rendah di mana furnitur dan perlengkapannya lebih banyak meminjam. Namun dalam kondisi tertentu, hal ini memberikan kesempatan kreatif pada desainer untuk meningkatkan pemahaman penonton dan memberikan kenyamanan dalam menikmati pertunjukan atas set yang ia rancang.
Musim
Umumnya, sangat sulit bagi desainer tata panggung untuk menyediakan segala sesuatu selain dari indikasi sepintas atas musim di mana lakon tersebut berlangsung. Jika lakon mengambil lokasi pada saat musim panas, desainer mesti mencoba menampakkan tengara musim panas itu dengan pintu dan jendela yang terbuka sekaligus menempatkan semacam tirai penghalang sinar matahari di jendela dan pintu. Pemilihan warna cahaya dan kain pelapis atau gorden dapat membantu penonton untuk merasakan musim panas yang dihadirkan. Namun demikian, penanda suasana untuk musim yang paling banyak digunakan adalah pencahayaan dan tata busana.
Elemen komposisi
Hal mendasar yang perlu diingat oleh desainer tata artistik panggung termasuk peranti dan busana adalah kemudahan dan kebebasan dalam berkarya. Kemampuan untuk mendesain tata artistik adalah kompetensi yang dapat dipelajari, terutama kompetensi membuat sketsa dan menggambar. Para calon desainer dapat mengambil kelas atau kursus mandiri untuk mempelajari hal ini. Manipulasi dari elemen komposisi yang terdiri dari garis, bentuk, berat, nilai, dan warna merupakan dasar dari desain tata artistik. Untuk itu marilah kita bahas penerapan dari prinsip-prinsip desain tata artistik berikut.
a. Garis
Garis menjelaskan bentuk. Karakteristik setiap garis dapat dijelaskan melalui sifat penampilannya (dimensi, kualitas, dan karakter). Sifat-sifat ini, khususnya karakter, menampakkan isi emosi dalam garis. Penciptaan gambar kartun hampir selalu menerapkan prinsip penyederhanaan garis. Karater tokoh kartun karya Walt Disney seperti Mickey Mouse dan Donal Bebek mencerminkan prinsip penyederhanaan garis untuk menggambarkan seekor tikus dan seekor bebek. Tidak ada penyalahan yang dilakukan pada objek, malah kesederhanaan tersebut memberikan keberbedaan personalitas yang memiliki keunikan dalam dirinya. Menyederhanakan atau pengubahan garis dari bentuk naturalnya di dalam desain tata panggung dapat menciptakan keunikan yang mirip dengan yang terjadi pada pembuatan gambar kartun. Personalitas objek yang diciptakan melalui proses yang demikian secara langsung berhubungan dengan kualitas emosi dari gaya garis yang dipilih oleh desainer. Secara umum, sebuah objek yang digambar dengan garis yang keras (tebal, berat, tajam) melahirkan respons emosional yang menggambarkan bahwa objek tersebut lebih kuat, dominan, dan lebih berguna dibandingkan jika digambar menggunakan garis yang lemah (lembut, melengkung, tipis).
b. Bentuk
Di dalam termiologi komposisi, bentuk merujuk pada ruang yang tertutup oleh garis. Karakteristik yang ditimbulkan oleh garis dalam sebarang bentuk akan menjelaskan kualitas emosional dari bentuk itu. Karakter penentuan garis (berat, ringan, lurus, berlekuk, bersudut halus, tajam) akan menciptakan persepsi kunci dalam menggambarkan keadaan psikologis objek.
c. Berat
Di dalam konteks komposisi, berat didefiniskan sebagai manifestasi tiga dimensi dari bentuk tertutup, dan makna yang dapat dirasakan dari berat adalah berkaitan dengan bentuk itu sendiri. Eksplorasi dari bentuk atau berat dapat digunakan untuk menciptakan gaya dalam desain. Dengan mengeksplorasi tinggi, lebar, atau kedalaman dari dimensi dasar sebuah objek, desainer dapat mengubah karakter dari objek tersebut. Untuk memberi gambaran yang jelas, hal ini dapat dijumpai pada Ilustrasi dari hampir semua buku kartun “Alice’s Adventures in Wonderland”. Sekali Alice berjumpa dengan March Hare dan masuk ke dalam dunia aneh yang diperintah oleh The Queen of Hearts, segera saja semuanya nampak berada dalam ukuran dan bentuk normal.
d. Nilai
Nilai merujuk pada hubungan relatif antara gelap dan terangnya garis, bentuk, dan berat. Reaksi emosional atas nilai sebuah objek telah mengurat akar pada pemikiran masyarakat Barat, meskipun tidak ada seorang pun yang yakin mengapa putih menjadi simbol kemurnian, kebenaran, dan kehormatan. Lawannya, hitam merupakan refleksi dari atau menyimbolkan setan, ketakjujuran, dan ketakhormatan. Perbedaan atas nilai yang ada ini dapat digunakan oleh desainer tata panggung ketika memilih warna yang akan digunakan dalam produksi.
Meskipun nilai dari putih, abu-abu, dan hitam sangat jelas, perbedaan yang lebih halus dari warna spesifik seperti merah muda atau merah terang dan merah gelap akan memiliki nilai yang menggambarkan efek emosional yang sama bagi para penonton. Warna merah muda secara umum akan terhubung secara emosi dengan warna putih (kemurnian, kejujuran, kehormatan). Sementara itu, sebaliknya, warna merah gelap akan menghasilkan reaksi emosional yang berkaitan dengan kejahatan, kebohongan, kesembronoan.
e. Warna
Objek atau benda tata panggung secara umum dibuat persis dengan kenyataan. Namun demikian, hasil yang menarik dan tak terduga akan didapatkan dengan menambahkan corak warna tertentu pada warna-warna alami benda-benda tersebut. Di dalam produksi teater musikal “Bilgadoon”, yang berpusat pada peristiwa “perjalanan waktu” tokoh utama menuju kota mithos Brigadoon yang seolah-olah ada di negara Skotlandia, memerlukan tata panggung yang menunjukkan sisi pedesaan Brigadoon di beberapa adegan. Gambar pemandangan di backdrop (layar belakang) umumnya menampakkan kekhasan Skotlandia melalui lukisan lembah, bukit, patung, dan tanah lapang di tengah hutan. Para penonton akan merasa bahwa hal-hal tersebut kurang pas untuk menggambarkan Brigadoon jika tidak menampilkan warna-warna natural yang dilukiskan pada kain bakdrop yang tepat. (**)
0 komentar