diterjemah secara bebas oleh Eko Santosa dari:
www-ms.cc.ntu.edu.tw/~theatre/course/th6_300/th6_300.htm
Periode sejarah lakon
Desainer tata artistik harus menampilkan akurasi sejarah melalui bukti visual sehingga membantu penonton dalam mengidentifikasi periode sejarah lakon. Untuk mewujudkan hal ini, seorang desainer artistik perlu melakukan penelitian sejarah. Hal ini berarti bahwa desainer artistik perlu menyelidiki furnitur, kamar, ruang, hiasan/ornamen, dan bangunan-bangunan yang sesuai dengan periode lakon. Bisa juga, desainer melakukan riset ke perpustakaan untuk melihat gambar-gambar furnitur, desain kamar dan dekorasi, arsitektur, pemandangan, lukisan, dan seterusnya melalui buku dan terbitan lain.
Melakukan penelitian latar belakang semacam ini sangat penting karena gaya dari hiasan, furnitur, dan perlengkapan sebagaimana penataannya di dalam ruang atau bangunan sangatlah berbeda dari generasi ke generasi dan dari daerah satu ke daerah lain. Perwujudan dari tata artistik ini akan sangat membantu penonton dalam mengidentifikasi periode, negara, dan lokasi lakon.
Meskipun penelitian sejarah sangat vital namun jangan pernah mengasumsikan bahwa desain harus benar-benar persis dengan setiap detailnya. Tidak perlu bagi desainer untuk membuat tiruan yang benar-benar mirip dari bagian-bagian furnitur dan hiasan. Desainer mesti memahami motif secara garis besar dan keunikan dari periode lakon dan mampu memanfaatkannya untuk menciptakan desain visual yang merepresentasikan periode tersebut. Namun sekali lagi, desainer tidak perlu menduplikasi setiap variasi dan nuansa. Desain tata artistik bukanlah reproduksi melainkan kreasi yang mencerminkan esensi dari periode sejarah lakon dalam bentuk fisik (visual) selingkung untuk menegaskan semangat dan suasana hati lakon.
baca juga : Teori Desain Skenografis
Lokasi lakon
Geografi memberikan pengaruh signifikan terhadap bangunan dan kelengkapannya. Pada masa di mana belum ada alat pendingin dan pemanas elektrik, kondisi iklim mempengaruhi (membentuk) bangunan. Sebagai contoh, di daerah utara, bubungan rumah yang curam dibuat untuk mempermudah salju meluncur dari atap. Sementara itu, rumah di iklim yang lebih hangat posisi atap tidak terlalu miring dan rendah serta memiliki talang lebar untuk melindungi dinding dan jendela dari sinar matahari. Dengan menerapkan konsep dan poin-poin visual semacam ini maka desainer tata artistik dapat membantu penonton dalam mengidentifikasi lokasi cerita lakon.
Gaya dalam desain perumahan dan bisnis struktur, seperti diketahui, berubah secara cepat. Hal ini terjadi lebih karena dipengaruhi oleh situasi dan kondisi sosioekonomi daripada keinginan estetik sang arsitek. Sebagaimana yang terjadi pada masa krisis minyak di Amerika tahun 1970-an yang membawa pengaruh besar pada arsitektur. Akibat harga minyak, gas alam, dan biaya listrik yang naik, maka ukuran perumahan secara umum pun mengecil. Semua desain berbasis kaca pada gedung-gedung komersial pada tahun 1960-an dan 1970 berubah total dan digantikan oleh struktur yang mudah dibuat untuk mengubah suhu ruang menjadi panas atau dingin secara lebih ekonomis.
Desain interior rumah dan bangunan meskipun jarang sekali diperhatikan juga memiliki perbedaan khas seperti halnya desain eksterior. Semuanya sangat tergantung pada periode sejarah dan status sosial ekonomi tokoh dalam lakon sehingga atap rumah bisa tinggi atau rendah. Dinding mungkin sederhana saja atau bergambar atau tertutup oleh kertas dinding. Mungkin saja bangunan memiliki tata susun jendela, almari buku, atau hiasan-hiasan ornamentik di dalamnya. Satu-satunya petunjuk mencolok untuk desain artistik adalah keselarasannya dengan periode lakon dan status sosial tokoh.
Dinding kamara di mana aksi para pemain berlangsung mungkin terbuat dari batang kayu, papan halus atau bilah dan plester. Mungkin juga ruangan tersebut memiliki hiasan dekoratif, sebagai contoh, papan, lapisan dinding kayu, rak piring, rangka kursi, bingkai gambar, atau hiasan di tembok. Kemungkinan juga di dalam rumah tersebut ada tempat untuk perapian tergantung periode lakon. Perapian mungkin dibuat di dalam tembok atau langsung diproyeksikan ke dalam kamar dan dikelilingi oleh tungku yang hiasan.
Sebagai tambahan untuk wujud atau bentuk, pengaturan, dan detail dinding, serta perlengkapan juga menjadi bahan desainer artistik yang memberikan banyak kemungkinan untuk diolah menjadi gambaran yang sesuai dengan lakon. Dalam menyeleksi furnitur, desainer harus mempelajari jenis penataan yang harus dilakukan agar sesuai dengan periode lakon dan mengadaptasinya untuk kepentingan kebutuhan blocking pemain. Misalnya, dalam menyeleksi beberapa jenis kursi, sofa, atau tempat duduk lain yang digunakan dalam tata panggung, harus dipertimbangkan bagaimana caranya agar tersedia cukup ruang untuk duduk semua orang jika semua pemain ada di atas panggung dalam waktu bersamaan.
Peranti untuk menghias dapat juga memberikan dukungan terhadap lingkungan terlihat riil (terpercaya). Peranti penghias secara umum dipertimbangkan sebagai pelengkap yang tidak akan digunakan oleh aktor dan sama sekali tidak memiliki tujuan atau fungsi dalam gerak-gerik atau laku permainan aktor namun dapat membantu memproyeksikan atmosfer. Benda-benda kecil atau furnitur seperti kursi dan meja, gambar, hiasan gantung, permadani, pernak-pernik, bohlam, lampu, dan semua benda berhias yang dapat dikategorikan sebagai peranti artistik.
Lantai juga harus menjadi salah satu yang dipertimbangkan dalam penelitian sejarah terkait lakon. Hal ini berkait erat dengan keserasian elemen visual yang dapat mengikat tata panggung yang dapat dijadikan dasar penentuan skema warna dari penampkan desain secara menyeluruh. Lantai panggung dapat ditutup menggunakan hardboard yang tidak terlalu mahal, dan dilukis sesuai kebutuhan: lantai kayu, lantai batu, atau tanah. Set khusus lain yang mudah dipindah seperi permadani, karpet dapat pula dibuat dengan cara ini sehingga dapat dipergunakan dalam produksi yang menampilkan banyak adegan tertentu.
==== bersambung ===
#teater #akting #aktor #seni #ekosantosa #theaterbyrequest
Share This :
0 komentar