Oleh: Eko Santosa
Salah satu problem tulisan mengenai teater yang cukup besar lainnya adalah ketertarikan pembaca. Para pengajar teater di sekolah dasar dan menengah, seringkali mengeluhkan tulisan yang bagi mereka terlalu berat. Sebenarnya hal ini bukan perkara isi tulisan atau istilah-istilah yang digunakan dalam tulisan tetapi lebih pada tidak terpenuhinya kebutuhan mereka. Sebagian besar pengajar menghendaki tulisan berupa modul yang berisi materi sesuai pembelajaran dan tips membelajarkannya. Oleh karena itu, tulisan mengenai konsep dan pemikiran tentang teater kurang menarik atau bahkan mungkin kurang bisa terpahami.
baca juga : Tulisan Mengenai Teater - 2
Di sisi lain, tulisan tentang materi dan tips pembelajaran seringkali berputar-putar pada hal yang sama. Misalnya saja, tulisan mengenai model dan metode pembelajaran teater tidak akan banyak ditemukan. Model dan metode pembelajaran teater umumnya sama dengan model dan metode mata pelajaran lain. Dalam hal ini tidak banyak, mungkin juga tidak ada, penulis yang menjabarkan model dan metode pembelajaran khusus untuk teater. Hal yang sama juga terjadi pada bahasan materi. Tidak banyak ditemukan tuisan mengenai materi pembelajaran teater yang variatif sekaligus spesifik sesuai jenjang pendidikan. Kondisi ini dapat ditilik dari ditemukannya beberapa kesamaan materi bahasan antara jenjang pendidikan satu ke jenjang pendidikan lain yang semestinya secara kurikuler berbeda.
Dari sisi pembaca umum, termasuk publik yang tertarik ingin mempelajari teater, lebih mengejar definisi dan bukan pengalaman atau pikiran-pikiran seputar teater. Mungkin hal ini terjadi karena teater disebandingkan dengan sebuah keterampilan sehingga teknik dan prosedur lebih menarik daripada konsep. Hal ini jugalah yang menjadikan konsep teater hanya dipahami kulit luarnya saja namun kemudian ditasbihkan menjadi konsep sebuah kelompok teater. Misalnya, konsep teater miskin hanya dipahami sebagai teater yang diselenggarakan berdasas dari apa yang ada dan dimiliki saja. Sementara konsep teater miskin sebenarnya justru meniadakan apa-apa yang biasanya ada untuk menegaskan pemaknaan atas seni peran dalam teater. Hal yang demikian juga terjadi pada konsep-konsep yang lain. Kondisi ini memberikan isyarat bahwa praktika dalam teater lebih mengemuka daripada konsepsi. Untuk itulah, tulisan yang cair dan langsung menukik pada prosedur dan teknik akan lebih banyak digemari.
Berdasar atas kondisi tersebut, maka program penulisan teater perlu disemarakkan dengan materi variatif dan penggunaan bahasa sederhana atau disesuaikan segmentasinya. Program untuk melahirkan para penulis teater ini nantinya diharapkan dapat memenuhi kebutuhan materi akan teater sekaligus menggaet banyak pembaca baru. Kekayaan tulisan mengenai teater menandakan kekayaan pemikiran dan pengalaman. Namun demikian, memang perlu dipikirkan mengenai cara pelahiran penulis teater yang menyenangkan dan menggairahkan sehingga mampu menarik minat banyak Calon penulis. Dengan banyaknya penulis teater, yang melihat teater dari berbagai sisi, maka bahasan teater tidak hanya berputar-putar pada sisi tertentu saja. Pekerjaan rumah besar ini memang tidak mudah namun perlu menjadi pertimbangan demi berkembangnya tulisan-tulisan mengenai teater. (“)
0 komentar