BLANTERWISDOM101

Perbincangan Seputar Teater - 8

Kamis, 10 Juni 2021


Oleh: Eko Santosa

8. Teknik akting 

Teknik akting yang secara harfiah dipahami sebagai cara seseorang dalam mengekspresikan watak peran selalu tidak pernah luput dari perbincangan. Acapkali selepas pementasan, para aktor sering mengulas hal-ihwal teknik ini dengan cara mereka masing-masing. Ada yang membahas tentang ketepatan waktu berbicara dan gerak yang ditandai isyarat (cue) tertentu. Ada yang menyoal aksi-reaksi atau responsi yang dilakukan. Ada yang mengaitkan laku ekspresi dengan iringan musik atau unsur artistik lainnya. Ada pula yang membahas soal teknik ini dikaitkan dengan apa-apa yang telah dilatihkan dan tidak diperagakan sebagaimana mestinya dalam pementasan. Namun, juga umum ditemui, bahwa soal teknik berperan ini dalam perbincangan antaraktor tidak pernah secara gamblang disebut sebagai teknik. Artinya, segala apa yang dibahas adalah teknik namun tidak menyebut bahwa itu teknik melainkan laku aksi saja.

baca juga : Perbincangan Seputar Teater - 7

Ketika tema perbincangan ini kemudian dipahamkan sebagai teknik, maka kemudian akan terdapat aneka rupa respons. Ada yang menanggapinya sebagai teknik yang memang dilatihkan. Ada yang menanggapinya sebagai teknik yang serta merta timbul sebagai akibat dari laku peran yang dimainkan. Ada yang tidak tahu kalau itu teknik karena berperan baginya adalah total penuh penjiwaan dan bukan perkara teknik. Ada pula yang begitu tahu bahwa hal-hal itu merupakan teknik pemeranan kemudian mengarang cerita bahwa memang ia melakukan latihan-latihan teknik tersebut. Dari keanekarupaan respons sebenarnya dapat diketahui bahwa perbincangan tentang teknik pemeranan secara khusus tidak atau masih jarang terjadi selain apa dan bagaimana bermain peran yang baik secara umum. Apa dan bagaimana ini tolak ukurnya adalah pengalaman masing-masing individu dalam bermain dan sambutan penonton atasnya. 

Teknik-teknik pemeranan akan muncul secara otomatis dalam perbincangan ketika memang telah dilatihkan secara suntuk selama proses produksi. Dalam perbincangan selepas pentas teater tradisional, para pemain bisa saling mendebat dalam perbincangan yang seru terkait teknik laga baik pasangan maupun kelompok yang dimainkan. Hal ini terjadi karena teknik laga untuk adegan peperangan itu memang dilatihkan sehingga semua pemeran yang terlibat akan membicarakannya begitu pementasan usai. Mereka bisa saling mengapresiasi, mengevaluasi atau sekedar saling membenarkan dan menyalahkan yang tak menyakitkan. Namun demikian, mereka tidak akan atau jarang memperbincangkan mengenai teknik-teknik lain yang tak mereka ketahui karena memang tidak dilatihkan.

Dari pengalaman perbincangan yang ada, memang umumnya apa-apa yang dapat dikatagorikan sebagai teknik pemeranan memang seringkali tidak dianggap sebagai teknik. Seluruh kewajiban pemeran atau yang menjadi tugas pemeran dalam bermain peran disebut sebagai upaya penghayatan peran yang dilakukan. Oleh karena itu, perbincangan pemeranan selepas pentas umumnya memang hanya membicarakan hasil dan bukan proses menuju hasil yang mana teknik pemeranan berada di dalamnya. Dalam perjalanan prodduksi mungkin hal ini tidak terlalu berpengaruh karena memang yang disaksikan penonton adalah hasil. Namun, bagi keberlangsungan teater itu sendiri, dalam konteks kebertahanan kualitas permainan, hal ini menjadi sangat penting. Evaluasi penampilan pemain di atas pentas dapat ditelusur dari teknik-teknik yang dilatihkan, dipahami dan diterapkan. Ketika proses pelatihan, pemahaman, dan penerapan ini dilakukan secara sungguh-sungguh dan berterusan, maka teknik itu akan menubuh dengan penuh kesadaran. Artinya, seorang pemeran memahami bahwa ia memiliki teknik tersebut dalam dirinya dan dapat menjelaskan. 

Sementara itu yang seringkali terjadi, mungkin karena pesona, penubuhan teknik itu tak tersadari. Seolah semua itu ada dan muncul dengan sendirinya ketika seorang aktor memainkan peran. Akibat dari kondisi ini adalah berkukuhnya teori bakat, di mana seorang aktor yang berperan dengan baik itu karena memiliki bakat. Untuk itu, aktor yang kurang berbakat tidak akan pernah bisa menyamainya. Akibat berikutnya, aktor yang berperan dengan baik karena teknik pemeranannya tersebut tidak dapat memberikan penjelasan secara gamblang pada aktor lainnya mengenai teknik yang dimiliki dan bagaimana cara melatihkannya. Oleh karena itulah jalan satu-satunya bagi aktor lain untuk mempelajari hanya dengan menirukannya.

Sistem tiru meniru dalam berlatih teknik pemeranan semacam ini dengan demikian menjadi acuan. Jadi tidaklah mengherankan, dalam perjalanan teater tradisional. ketika seorang calon aktor hendak belajar pemeranan dia mesti mengikuti kemanapun aktor yang berkualitas baik itu berpentas. Semakin sering ia menyaksikan pertunjukan aktor tersebut, maka semakin banyaklah pengetahuan yang ia miliki tentang teknik pemeranan. Itulah satu-satuya jalan terbaik untuk mempelajari teknik pemeranan. Dan ketika pada akhirnya calon aktor ini kemudian menjadi aktor berkualitas, hal sama akan ia sarankan pada calon aktor berikutnya. 

Kondisi tiru meniru dalam pelatihan teknik seni peran sebenarnya tidak perlu terjadi dan menjadi satu-satunya acuan ketika para aktor mau berupaya membongkar atau melacak teknik yang ia miliki secara seksama. Dengan pelacakan ini diharapkan muncul data-data berupa pengalaman proses berlatih teknik tertentu. Pengalaman proses ini kemudian dapat diformulasikan menjadi prosedur latihan yang mesti dilakukan untuk mencapai teknik tertentu. Karena sifatnya teknik, maka pengembangan atau penyesuaian sangat bergantung dari aktor yang mempelajarinya. Artinya prosedur latihan teknik merupakan jalan yang mesti ditempuh tanpa perlu membatasi gaya berjalan masing-masing orang. Karena latihan teknik hanya menyediakan jalan, maka kemungkinan tiru meniru dapat dikurangi. Malah bisa dimungkinkan dari proses pembelajaran semacam ini, akan memunculkan teknik baru untuk dipelajari, demikian seterusnya. Ketika latihan teknik pemeranan menjadi bagian integral dalam proses produksi teater, maka perbincangan mengenai teknik pemeranan selepas pentas pasti dengan sendirinya akan terjadi. 

=== bersambung ==== 


Share This :

0 komentar