BLANTERWISDOM101

Perbincangan Seputar Teater - 10

Jumat, 25 Juni 2021


Oleh: Eko Santosa

10. Pengalaman-pengalaman

Perbincangan teater selepas pementasan, dalam perhelatan produkis, festival atau pertemuan informal sering membuncahkan pengalaman-pengalaman pelaku dalam berteater. Hal ini bahkan seolah telah mentradisi. Banyak pelaku teater muda yang belajar dari pengalaman-pengalaman para senior yang disampaikan atau tersiarkan dalam pertemuan baik langsung atau tidak. Perbincangan dalam kumpulan ini menjadi ajang sekolah tak resmi. Dari uraian pengalaman-pengalaman inilah muncul pemahaman dan pada akhirnya pembelajaran laku berteater. Namun, dari sini pulalah muncul pengaruh nama besar, bentuk-bentuk latihan, gagasan-gagasan aneh dan hal-hal lain terkait pengalaman yang tidak benar-benar seperti diceritakan tetapi dipercayai.

Dalam perjalanan karir seorang pelaku teater di kota tertentu, ikut atau sering terlibat dalam perbincangan yang menguak pengalaman ini menjadi penentu popularitas. Artinya, kumpulan perbincangan ini kemudian menjadi semacam komunitas yang menjadikan outsider (orang yang berada di luar mereka) tak layak untuk dipertimbangkan. Pada waktunya, kumpulan ini menjadi kelas tersendiri. Bahkan pelaku teater yang paling dipercaya, biasanya senior, kemudian seolah dapat menentukan segalanya. Maka berikutnya, hanya orang-orang di lingkaran inilah yang beredar di panggung, koran, atau media lain karena atas jasa si senior terpercaya tersebut. Pada titik ini, kumpulan sebenarnya sudah tak lagi sehat karena akan meninggikan seseorang (kelompok) dan merendahkan orang (kelompok) lain. Dan, situasi absurd kemudian akan tercipta di mana tidak sedikit yang merasa tak lagi mendapat manfaat dari kumpulan perbincangan ini namun tak kuasa meninggalkannya dengan alasan yang sama sekali tidak diketahui. Atau, lebih parah lagi, mulai menjangkitnya masokisme diri di mana seseorang yang didudukkan sebagai pekerja teater kualitas rendahan, secara terus-menerus, namun menikmatinya dengan harapan satu saat ia mendapatkan anugrah dari sang senior, berupa kesempatan berkarya yang membuat kedudukannya lebih tinggi. Intinya, dalam kumpulan ini, pembelajaran telah lama absen namun selalu dianggap hadir.

baca juga : Perbincangan Seputar Teater - 9

Akan tetapi, tidak semua sifat kumpulan akan seperti itu. Tidak semua pengalaman yang tumpah-ruah dalam perbincangan menjadi panduan pokok dan orangnya menjadi panutan utama. Dalam perbincangan mengenai pengalaman-pengalaman, banyak hal yang bisa menjadi pembelajaran bersama di mana pengalaman seseorang bertemu dengan pengalaman orang lain dalam peristiwa atau kasus yang hampir sama namun resolusi berbeda. Kumpulan perbincangan semacam ini menjadi sangat menarik dan positif karena masing-masing menempatkan diri dan ditempatkan secara egaliter. Biasanya, kumpulan semacam ini diinisiasi oleh anak-anak muda yang  punya semangat belajar dan tumbuh bersama. Hal yang paling menyenangkan adalah ketika pada akhirnya pengalaman-pengalaman yang diungkapkan disandingkan dengan bacaan. Artinya, apa yang telah dilakukan dapat dikoneksikan dengan catatan-catatan teater yang pernah ada. Selain sebagai rujukan dan juga perbandingan, catatan-catatan menjadi penting artinya agar pengalaman-pengalaman yang diceritakan memang benar dilakukan dan memerlukan konfirmasi agar menjadi pembelajaran. Dengan adanya cataan bandingan, pengalaman yang dibicangkan tidak akan liar hingga sampai pada upaya pembentukan mitos diri seseorang. Dengan adanya upaya untuk mempelajari catatan dan pengalaman secara bersama, maka sintesis yang dijalin akan segera menelorkan tesis-tesis baru dalam laku taeter. 

Membincangkan pengalaman, dalam konteks pembelajaran, merupakan satu hal penting dalam kesenian. Zaman sebelum institusi pendidikan seni berdiri, belajar melalui pengalaman oran lain mesti dilakukan. Dengan model belajar semacam ini, seseorang akan mendapatkan pengalaman praksis yang bisa segera dicobakan dalam perjalanan laku seninya. Namun demikian, dalam kehidupan berkesenian dewasa ini, termasuk teater, membincangkan pengalaman seseorang sebagai bahan belajar hanyalah meruapkan salah satu cara belajar dan bukan satu-satunya. Kondisi ini semestinya dipahami sehingga semua kemungkinan untuk belajar itu dapat dibuka, dan dipilih untuk dimasuki. Zaman sekarang ini, banyak pengalaman bertebaran di media-media yang dapat ditonton gratis dan bahkan sekaligus dapat dicari pembandingnya dengan mudah. Oleh karena itu, pertemuan dalam kumpulan yang biasanya menumpahkan pengalaman itu dapat pula digunakan untuk berbagi pengamalan melihat dan mempelajari hal-hal baru yang berserakan di berbagai media. Karena tidak semua orang memiliki pengalaman melihat dan belajar yang sama melalui media, maka siapa saja bisa menumpahkan pengalamannya sehingga semua merasa sama. 

==== bersambung ====


Share This :

0 komentar