BLANTERWISDOM101

Perbincangan Seputar Teater - 5

Jumat, 21 Mei 2021


Oleh: Eko Santosa 

5. Ritual dan pertunjukan
Teater di dalam masyarat sering berlangsung di antara ritual dan pertunjukan. Diskusi yang terjadi dalam komunitas sering menyampaikan kelit-kelindan persoalan ini. Bukan saja persoalan keterlibatan teater dalam sebuat ritual tetapi juga ritual umum yang dilakukan dalam proses berteater. Keterlibatan teater di dalam ritual seringkali menyeret komunitas teater panggung untuk ikut mendampingi proses. Artinya, makna teater dalam ritual seringkali diarahkan untuk mendapatkan sentuhan artistik teater panggung baik dalam bentuk rias-busana maupun laku teatrikal yang ada. Padahal sesungguhnya laku teatrikal dalam ritual dapat dilakukan oleh anggota masyarakat karena memang bukan pertunjukan terpisah yang memerlukan sentuhan seni dalam arti estetika. Di sini, teater yang tampil tunduk pada batasan dan tata cara ritual yang ada. 

baca juga : Perbincangan Seputar Teater - 4

Namun, dengan keterlibatan insan teater, tampilan laku teatrikal dalam ritual tersebut dapat berbeda. Selama tidak menabrak batasan dan tata cara ritual tentunya tidak akan menjadi masalah. Akan tetapi, akibat tak langsungnya seringkali hal ini oleh pelaku teater yang terlibat dalam ritual dianggap sebagai sebuah produksi dan dicatat sebagai karya. Padahal jelas sangat aneh jika ada klaim personal dalam produk kebudayaan berupa ritual. Lagi pula, tata cara ritual bukanlah tata cara produksi sebuah pementasan. Segala hal yang ada di dalamnya berbeda dengan seni pertunjukan teater.

Sementara itu dalam proses produksi teater seringkali pula berjalan ritual-ritual tertentu yang dilakukan sebagai warisan pendahulu. Tidak jarang ritual ini dilakukan dengan tanpa memahami mengapa hal itu mesti dilakukan. Namun demikian, dalam setiap perbincangan, ritual ini seolah menjadi hal pokok yang harus dibicarakan. Salah satu ritual yang mungkin masih berlangsung saat ini adalah “prep” atau persiapan di mana semua anggota teater duduk melingkar, bergandengan tangan, mengatur nafas sesuai arahan, mengarahkan imajinasi dan pikiran sesuai instruksi hingga diakhiri dengan do’a dan meneriakkan yel tertentu.

Makna dari ritual “prep” ini mungkin dipahami oleh semua pelaku teater untuk menyiapkan mental pemain sebelum pementasan. Namun yang menjadi pertanyaan besar adalah tata caranya. Apakah tata caranya mesti duduk bersila melingkar, mengatur nafas, bergandengan tangan, dan seterusnya? Jika memang tata caranya seperti itu apakah ada penjelasan ilmiahnya? Juga, mengapa semua pemain dengan peran yang berbeda-beda mendapatkan ritual persiapan yang sama? Apakah ketidaksiapan mental pemain satu dengan yang lain juga sama sehingga perlu mendapatkan kegiatan persiapan yang sama? Masih banyak pertanyaan yang bisa dilontarkan untuk ritula “prep” ini. Namun yang menjadi pokok persoalan adalah latar pemikiran atau alasan ilmiah dilakukannya ritual “prep’ tersebut. Hal ini penting artinya karena banyak kelompok teater pemula yang hanya sekedar meniru sebuah proses, bahkan menetapkannya, tanpa mengerti secara komprehensif.

Teater dan terutama seni peran memang bergelimang dengan hal-hal mistis yang cenderung menjadi ritual tetapi kurang bisa dijelaskan secara logis. Seperti latihan olah suara dengan berendam di air dan dilakukan malam hari (kungkum) atau bersemadi di tempat yang sepi. Tentu saja tidak bisa begitu saja dikatakan keliru latihan semacam ini, namun penjelasan logis atas manfaatnya, pengaruhnya pada tubuh, pikiran, dan kejiwaan serta aktualisasi penerapan atas latihan-latihan tersebut dalam pemeranan perlu mendapatkan perhatian. Seni peran bukanlah seni yang mistis. Pesona dan persona pemain bisa didapatkan melalui serangkaian latihan dan disiplin ketat yang semuanya dapat dijelaskan scara logis. Oleh karena itu, ritual apapun yang mesti dilakoni dalam teater semestinya dapat dilogikakan sehingga tidak dilakukan secara mengawang atau sekedar meniru tanpa pemahaman komprehensif.
=== bersambung ===
 

Share This :

0 komentar