Oleh: Lola Cohen
(diterjemahkan secara bebas oleh Eko Santosa dari bagian-bagian tertentu buku, “The Lee Strasberg Notes”, dieditori Lola Cohen, diterbitkan Routledge, tahun 2010)
Menerapkan ingatan emosional secara serampangan karena ketidaktahuan akan mengakibatkan terjadinya kebingungan dan kesalahpahaman. Jiwa tokoh yang Anda perankan datang dari emosi diri Anda sendiri, namun beberapa aktor mempertanyakannya karena mereka menjadi sangat emosional. Padahal yang terjadi semestinya kebalikannya. Para aktor mesti mempelajarai cara mengontrol emosi ketika menggunakannya di atas panggung. Persoalan sesungguhnya bukanlah karena aktor menjadi histeris, melainkan aktor tersebut memiliki kesulitan sebab merasakan emosi yang sama terus menerus.
Menghidupkan kembali traumatik tertentu atau pengalaman emosi kebahagiaan merupakan jalan untuk mengakses serangkaian sikap dan perilaku, dan mengekspresikan emosi pada saat adegan tertentu benar-benar dibutuhkan. Ingatan emosional adalah senjata aktor untuk menciptakan kenyataan yang komplit di atas panggung.
Kita semua memiliki saat di mana kita tidak bisa mengungkapkan apa yang kita rasakan. Peraan itu ada, tetapi ekspresi emosinya buntu. Melalui latihan ingatan emosional, kami membantu untuk dapat mengekspresikan apa yang kita rasakan tersebut. Latihan ini akan memberi umpan bagi Anda. Latihan ini adalah penggerak. Latihan ini membangkitkan emosi yang kemudian akan masuk ke dalam baris kalimat dialog sehingga menghasilkan intonasi berbeda saat proses membaca naskah. Jika Anda memiliki keyakinan yang cukup kuat untuk membiarkan kalimat dialog muncul secara organik sebagai hasil dari latihan ini, maka yang terjadi adalah kalimat dialog akan muncul secara meyakinkan, jauh dari klise sebagaimana yang terjadi pada proses membaca naskah secara konvensional. Meskipun kalimat dialog akan terucap berbeda setiap kali disuarakan, jika Anda menerapkan latihan ini dengan benar, maka kenyataan emosional dasarnya tetaplah sama.
Sangatah penting menciptakan perbedaan. Latihan-latihan yang dilakukan tidaklah bertujuan untuk mencari-cari emosi yang ada sewaktu satu pengalaman teringat. Jika Anda telah pernah memiliki pengalaman menggembirakan saat kanak-kanak dan Anda kembali menuju ke pengalaman itu, maka sekarang Anda bisa saja sedih dan malah menangis. Anda sedih dan menangis pada sesuatu yang telah hilang. Bagaimana Anda terpengaruh oleh kenangan lalu itu, di saat ini menjadi ingatan emosional. Untuk mengakses sesuai kehendak sebuah emosi yang Anda miliki sekarang yang mana itu berasal dari kenangan terpilih – itu merupakan kerja seorang aktor.
Pendekatan ini sangatlah terpercaya. Saya telah memeriksa hal ini dalam pertunjukan yang dilangsungkan dalam waktu lama ketika orang-orang mengatakan bahwa ingatan emosional dapat berjalan dengan baik selama tiga atau empat bulan, namun setelah itu tidak efektif lagi. Saya katakan, “Ya, mungkin ingatan itu berhenti, maka mari kita duduk dan kembali berlatih”, dan ternyata berjalan dengan baik lagi. Artinya, aktor telah mengantisipasi hasil. Ketika Anda mengantisipasi hasil, maka emosi tidak bisa diakses secara langsung.
Jadi, aktor tidaklah mencari-cari untuk mengingat emosi. Anda harus kontak dengan ingatan yang mendudukkan emosi pada tempat utama. Fokuslah pada pancaindra secara detail dan objek yang melahirkan respon yang diinginkan. Hal ini hanya bisa tercipta secara tak langsung. Maka sangat bisa dipercaya. Inilah latihan yang hampir selalu dapat dikerjakakan mendadak, meskipun sebelumnya banyak elemen keterampilan aktor yang digunakan. Meskipun latihan tidak bisa dikerjakan dengan baik, Anda masih mungkin mendapatkan hasil yang Anda inginkan pada cobaan pertama atau kedua, hal ini terjadi karena merupakan hal baru dan segar.
Kejadin nyata yang Anda pilih tidaklah lebih dari serangkaian hal psikologis yang teraktivasSAi pada satu peristiwa di masa lalu Anda. Saya percaya kepada apa yang disebut sebagai, “gestalt” (dua bagian atau lebih yang terintegrasi dan dianggap sebagai satu objek). Tidak ada sesuatupun yang kita kerjakan memiliki nilai dalam dirinya sendiri kecuali kalau bagian dari keseluruhan atau konteks yang membuatnya memiliki bentuk. Dalam kehidupan, emosi tidak bisa hadir sebagai bentuk murni. Dalam petualangan, selalu saja ada ketegangan atau kegembiraan.
Seringkali ketika Anda menghidupkan kembali ingatan emosional dan menggunakannya dalam karya peran, merupakan sesuatu yang telah tersublimasi, dalam nalar Freudian. Ketika emosi dibebaskan, perasaan tetap di tempatnya, namun penghalang tereliminasi. Ha ini membebaskan. Anda akan merasa bagai terbebaskan. Nilai terapis dalam seni adalah emosi yang keluar yang membuat Anda merasa bersalah misalnya, atau di sisi lain menjadi buntu. Seorang wanita muda yang telah berlatihan dengan ingatan emosional terhalang pada titik tertentu. Ia menceritakan pengalaman terkait dengan ayahnya. Saya bertanya padanya, jika seandainya ada satu hal atau lainnya yang dapat ia kerjakan atau katakan pada peristiwa di masa lalu itu? Ia tidak bisa memberikan jawaban. Saya mencoba memberanikannya, “Coba katakan, katakanlah!” Akhirnya ia berkata, “Aku harap kamu mati”. Nah, Anda lihat mengapa ia mengatakan hal itu di masa lalu dan masa sekarang, dan mengapa emosinya menjadi buntu tadi. Setiap saat ia merasakan emosi itu, dan jika hendak diekspresikan selalu saja perasan bersalah muncul. Setiap seni adalah pengungkapan.
Saya percaya ingatan emosional sebagai kunci untuk membuka rahasia kreativitas berada di belakang karya para seniman, bukan hanya para aktor saja. Penjelasan yang benar dan mengejutkan mengenai ingatan emosional terdapat dalam karya Marcel Proust, “Swann’s Way” dalam volume “Remembrance of Thing Past”. Proust mendeskripsikan bagaimana gagasan novelnya datang ketika dia duduk, minum teh dan menikmati kue (yang bisa disebut sebagai objek). Beberapa perasaan masuk ke dalam dirinya. Ia mencoba untuk memikirkannya tetapi tidak bisa. Ia bersandar ke kursi (yang mana merupakan salah satu cara kami dalam latihan relaksasi) dan ia memikirkan tentang masa kanak-kanak ketika ia pertama kali diberi kue (yang ia makan sekarang) oleh bibinya. Ketiba-tibaan ingatan yang pada Proust itu merupakan ilustrasi dari bukan hanya penjelasan klasik mengenai ingatan emosional namun juga langkah yang tepat dalam melakukan latihan ingatan emosional. Jika dirasakan, novel Proust itu merupakan satu ingatan rasa dan emosional yang panjang. Seorang seniman membentuk, menggunakan, dan mengomentari bukan hanya soal ingatan emosional, tetapi juga menambahkan reaksi pada saat ini, menciptakan hubungan artistik yang dibutuhkan di semua cabang seni. Tiada penjelasan yang lebih baik secara teknis maupun cara yang lain selain yang diberikan oleh Proust dalam novelnya tersebut.
Verifikasi ingatan emosional telah didemonstrasikan oleh beberapa aktor hebat di masa lalu seperti Polus, orang yang pada abad ke empat sebelum Masehi memerankan bagian dari Electra dalam naskah Sophocles. Dikatakan bahwa, hal itu tersebut terjadi ketika Polus, mengenakan pakaiannya Electra, seorang wanita, mesti menyampaikan madah, orasi penguburan, di atas mayat saudaranya Orestes. Polus membawa tempayan yang berisi abu jenazah anak laki-lakinya ke atas panggung agar bisa memainkan adegan tersebut secara nyata dan terpercaya. Di saat orang-orang berpikir bahwa dia sedang berakting, ia justru secara sungguh-sungguh menciptakan ingatan emosional pribadinya di atas panggung dengan kehadiran dan penggunaan objek. (**)
0 komentar