BLANTERWISDOM101

Catatan Lee Strasberg Tentang Sense Memory - 4

Minggu, 31 Maret 2024

 Oleh: Lola Cohen

(diterjemahkan secara bebas oleh Eko Santosa dari bagian-bagian tertentu buku, “The Lee Strasberg Notes”, dieditori Lola Cohen, diterbitkan Routledge, tahun 2010)


Pancaindra memegang kunci untuk hidup dan pengalaman. Latihan ingatan pancaindra adalah latihan keaktoran untuk menggunakan seluruh indra dan untuk merespon sepenuh dan sejelas mungkin objek imajiner di atas panggung sebagaimana aktor melakukannya dengan objek nyata. Kelangkaan latihan dasar pancaindra seringkali menghentikan aktor untuk pengembangan lebih lanjut, dan oleh karena itu menjadi sebab lahirnya aneka ragam masalah yang dihadapi aktor dan hal ini justru tersaji ketika pementasan teater dipersembahkan. Melalui latihan ingatan pancaindra (sense memory), maka bukanlah hal-hal fisik dalam akting yang hendak dicapai. Fisik akan terlihat secara eksternal (tampak luar) dan hal ini menuntun pada tindak imitasi semata. Latihan pancaindra menguji konsentrasi dan respon, dan memberikan dasar bagi aktor untuk berkarya. Kita menggunakan objek imajiner – cangkir, pohon, langit, loket, foto, dan bahkan manusia – untuk membangkitkan pikiran dan menstimulasi imajinasi agar supaya berkontak dengan ingatan akan pancaindra.

Pada akhirnya, latihan yang kami selenggarakan itu melatih aktor untuk menciptakan dan menghidupkan kembali dalam imajinasinya segala objek atau sekumpulan objek yang mana ketika dikombinasikan dengan adegan di panggung, menstimulasi pengalaman yang diidamkan hadir dalam pementasan. Saya akan mencoba memperjelasnya demikian, Stanislavski mengatakan bahwa sistemnya berguna untuk mengatasi kesulitan. Latihan-latihan merupakan bagian dari pengajaran yang digunakan di kelas, dalam adegan, di rumah, dan juga dalam pementasan ketika diperlukan. Saya sering berkata, “jangan melihat kuda bingkisan di dalam mulut”, artinya jika karakter yang Anda bangun dalam sebuah adegan sedang berjalan baik, Anda tidak perlu menambahkan latihan. Ketika Anda berada dalam kesulitan dan segalanya tidak berjalan dengan baik, maka gunakanlah apa yang telah Anda pelajari untuk menciptakan kenyataan yang pantas. Dengan kata lain Anda harus ambil risiko, berani, dan biarkan kebenaran muncul dengan sendirinya.

Rangsanglah pancaindra. Sedikit demi sedikit mereka akan hadir dan hidup saat kita mengeksplor objek-objek melalui pancaindra, fokuslah pada bau, bunyi, sentuhan, pengecap rasa, dan pandangan. Sangatlah penting memisahkan pancaindra ketika mengeksplor objek konsentrasi, karena tak seorangpun memiliki pancaindra yang mana pancaindra tersebut secara terpisah memahami objek secara menyeluruh. Contoh dari hal ini adalah gambaran di masa lalu tentang orang buta dan gajah, setiap orang buta yang menyentuh bagian berbeda dari gajah akan salah menggambarkan gajah secara komprehensif karena dalam pikirannya apa yang disentuh itulah bentuk komplit dari gajah. Seseorang yang menyentuh bagian hidung akan menggambarkan gajah sebagaimana bentuk hidung gajah. Orang lain yang menyentuh kaki akan berpikir bahwa bentuk gajah seperti bentuk kaki. Seseorang yang menyentuh ekor pun sama, demikian seterusnya. Tak seorang pun dari orang buta tersebut yang dapat menggambarkan bentuk gajah secara utuh dan nyata. Seperti halnya orang buta, ketika kita hanya mengambil sebagian dari kenyataan untuk menggambarkan keseluruhan, maka kita telah melakukan kesalahan serius.

Pada saat yang sama, pancaindra berkembang secara tidak sama antara manusia satu dengan yang lain termasuk respon atasnya. Beberapa pancaindra lebih kuat. Meskipun seluruh pancaindra kita mengambil bagian dalam sebuah pengalaman, beberapa orang mengalami sesuatu lebih melalui penglihatan daripada pendengaran. Orang yang lain mengalami sesuatu lebih ke gerak daripada menyentuh, mendengar, ataupun melihat. Salah satu murid saya bertanya, “Ketika pengecap menjadi indra terkuat yang saya miliki,  apa yang mesti saya lakukan dengan itu di atas panggung? Haruskah aku mengecap seperai?” Jika dia dapat mengecap seperai dan jika hal ini bermakna baginya, ini merupakan satu langkah untuk dapat memahami, namun sangatlah penting bagi aktor untuk berusaha menggunakan seluruh indra yang dimiliki.

Latihan-latihan itu sendiri tidak perlu dikerjakan dengan logika pergerakan fisik yang secara umum diasosiasikan dengan sikap dan perilaku berhubungan dengan objek. Jika hal ini dilakukan, maka latihan-latihan yang dikerjakan akan tampak eksternal dan menyebabkan otot tertarik keluar dan melakukan tindakan meniru. Letika latihan tidak bisa berjalan dengan baik, apakah karena ada sesuatu yang tak saya lakukan?

Mengalami apa yang disebut sebagai “sensasi terkunci” tidak perlu membuat takut atau menimbulkan kekhawatiran. Kebalikannya, Anda memiliki perbendaharaan responsi yang dapat Anda gunakan. Dalam latihan pancaindra, mungkin Anda mendapatkan satu sensasi dan sekaligus perlawanan, seperti bekerja dalam suasana panas namun terasa mengigil. Inilah yang disebut sebagai, “sensasi terkunci”. Satu hal yang sudah terkunci ingin muncul dalam aksi (akting). Melalui pensensitifan area tubuh yang berbeda-beda, kita dapat mengatasi hambatan ketaksadaran tertentu atau membuka kunci sensasi dengan tanpa memerlukan penjelasan, penemuan, analisis, atau tanpa perlu ribut-ribut. Artinya, bisa terjadi begitu saja.

Biasakanlah sebelum tidur bertanya pada diri sendiri pengalaman indra apa di hari ini yang ingin saya ulangi. Hal ini membuat anda lebih suka memperhatikan dan lebih mudah mencipta ulang objek sesuai keinginan. Namun demikian, janganlah terlalu keras mengusahakan agar hal ini terjadi. Energi tidak boleh dipaksa melainkan digunakan semestinya. Ketegangan menjauhkan Anda dari pekerjaan Anda.

Sebelum menerapkan latihan ingatan pancaindra, selalu lakukan relaksasi sebelumnya dan lanjutkan dengan memeriksa rileks tidaknya Anda selama latihan tersebut. Ketika latihan tidak bisa berjalan baik, jangan berganti atau berubah dengan latihan lain. Jika Anda merasa bosan, lelah, dan frustasi selama latihan, kembali lakukanlah relaksasi selama beberapa menit baru kemudian berlatih kembali dan selalulah ingat untuk fokus pada irama latihan yang pelan dan spesifik. Yang kita kejar adalah realitas pancaindra, bukan aksi atau pergerakan otot.

Ada yang perlu diperhatikan, tendensi pada beberapa aktor kadang-kadang meletakkan tekanan terlalu banyak dan mempercayai respon emosional atas latihan pancaindra. Latihan emosional bekerja cepat, dan hal itu dapat menipu jika Aktor tidak bisa menempatkan pancaindra sebagai yang utama.

Ketika Anda menggunakan imajinasi untuk membuka pintu seluruh indra, Anda menjadi nyata, hidup, jelas, dan jujur. Anda kemudian akan memiliki rasa percaya, keyakinan, dan imajinasi untuk mengkreasi kenyataan yang hidup yang dibutuhkan oleh setiap aktor. (**)

Share This :

0 komentar