BLANTERWISDOM101

Catatan Lee Strasberg Tentang Kebiasaan dan Pengkondisian - 3

Minggu, 24 Maret 2024

 Oleh: Lola Cohen

(diterjemahkan secara bebas oleh Eko Santosa dari bagian-bagian tertentu buku, “The Lee Strasberg Notes”, dieditori Lola Cohen, diterbitkan Routledge, tahun 2010)


Melalui relaksasi dan latihan-latihan, kami berusaha membantu para aktor mengurangi kebiasaan yang mengaburkan kejujuran berekspresi. Kebiasaan sikap dan perilaku manusia akan menuntun pada kebiasaan sikap dan perilaku aktor. Tidak ada pendekatan lain terhadap permasalahan aktor selain “The Method” yang mengurusi kebiasaan, tetapi tidak sepenuhnya mealui cara-cara eksternal dan mekanik. Menghilangkan kebiasaan dan sikap grogi tanpa sengaja merupakan langkah evolusi baru kerja kami yang memungkinkan peningkatan derajat pengembangan dan kontrol atas instrumen diri dan membantu para aktor untuk menggunakan, mempertajam, dan menerapkan apa yang mereka miliki.

Pengulangan sikap dan perilaku tanpa sadar bukanlah kesalahan seseorang, tetapi merupakan produk dari pengkondisian diri kita yang muncul sebagi akibat dari gaya hidup. Kita ditekan oleh kebiasaan, adat, dan sikap yang mana oleh Stanislavski disebut sebagai, “Stensil kehidupan”. Seorang bocah mengekspresikan semua yang ia inginkan begitu saja karena ia terlahir bebas. Sedikit demi sedikit bocah tersebut belajar untuk mengontrol dirinya. Manusia sesungguhnya ekspresif menurut asalnya dan kemudian pengkondisian terjadi bertahun-tahun sehingga menentang (mengurangi) keekspresifan tersebut. Kebiasaan telah mengambil alih.

Seiring waktu Anda mempelajari hasil kerja kami, Anda mengembangkan seluruh panorama dan perbendaharaan pola sikap dan perilaku yang umumnya tidak Anda perhatikan. Kebiasaan yang telah mendarah-daging ini menghasilkan kebiasaan sikap dan perilaku yang tak disadari. Pada beberapa orang, posisi kepala selalu menentang udara, seperti halnya lampu senter. Kepala menengadah menandakan, “Biarkan saya melihat dengan jelas”. Kepala menoleh ke samping menandakan sikap waspada, “Jadilah seperti saya”.

Ketika Anda memerintah aktor, “Hentikan itu, wajahmu nampak lucu”, si aktor seringkali merasa heran. “Apa yang kamu maksudkan dengan wajahku nampak lucu? Aku tidak berpikir apa yang sedang aku lakukan.” Sangat sulit menyampaikan kepada aktor bahwa ia secara tidak sadar melakukan sesuatu, bukan sengaja, namun hasilnya sikap dan perilaku tak sadar semacam ini akan berkembang menjadi ciri khas aktor tersebut sehingga perannya bisa menjadi typecast pada nantinya.

Ketika kebiasaan mengambil kendali pada diri Anda, kebiasaan tersebut akan memproduksi bentuk-bentuk ekspresi yang konvensional dan klise. Menggoyangkan tubuh adalah gerakan umum yang menjadi kebiasaan. Kita memiliki bentuk verbal ekspresi yang mana sangat konvensional seperti, “Maafkan saya,” dan “Bolehkan saya…?” Sikap dan perilaku ini tidak ada kaitannya dengan perasaan yang berasal dari pengalaman nyata, secara alami ekspresi membungkuk yang dilakukan ketika berkata, “Maafkan saya,” atau “Bolehkah saya…?”, sangat tak nyaman sehingga aktor tidak bisa mengekspresikan perasaan sebenarnya. Bagi seni peran (akting), Anda harus melangkah lebih jauh dari kebiasaan yang dilakukan (diperbolehkan).

Untuk mengatasi masalah ini, kami mengembangkan sesuatu yang saya percaya sebagai hal baru. Relaksasi dan ingatan pancaindra berkaitan dengan area proses akting dan instrumen akting yang sebelumnya dikesampingkan dalam observasi atau dilakukan namun sangat eksternal (fisik saja). Kami mencoba mengurangi kebiasaan tanpa ekspresi dan hambatan yang diciptakan karena pengkondisian, sehingga ketika rangasangan mulai bekerja maka akan menuntun pada bentuk sikap dan perilaku yang berbeda dari kebiasaan Anda. Berkaitan dengan karya Pavlov mengenai proses pengkondisian dan koneksi dasar antara fisik dan mental, kami mencari pengendalian kesadaran atas pancaindra. Sebuah kebiasaan yang sudah berjalan selama dua puluh tahun mungkin akan memerlukan waktu yang lama untuk melupakannya, namun kami percaya bahwa sesuatu yang sudah terkondisi sebelumnya dapat dikondisikan ulang.

Latihan-latihan yang lain tidaklah menyakitkan, namun jika sudah sampai pada tahap mengubah kebiasaan sikap dan perilaku, mungkin akan menyakitkan. Di dalam latihan, kami menginginkan tubuh menjadi responsif sehingga intensitas pengalaman yang diciptakan oleh aktor dapat mewujud, dan bukan dari sebuah kebiasaan. (**)

Share This :

0 komentar