BLANTERWISDOM101

Gaya Akting 3

Rabu, 30 November 2022

 Oleh: Ozdemir Nutku


Diterjemah oleh Eko Santosa dari: http://www.tiyatrokeyfi.com/gorusler/styleinacting.html

Teater adalah penciptaan ilusi atas kenyataan. Lee Simonson menyampaikan hasil observasinya, “Realitas pertunjukan tidak memiliki konseksi inheren dengan tingkat kebenaran yang mana merupakan reproduksi fakta-fakta dari kehidupan aktual”. Bagi seorang aktor ada perbedaan antara mengekspresikan diri dan menggunakan diri untuk mengekspresikan kebenaran peristiwa yang ditemukan dalam keadaan terberi. Perhatian pada “kejujuran” seringkali harus diambil untuk memaknai bahwa apa yang mesti dilakukan aktor adalah memroyeksikan perasaannya melalui tokoh yang diperankan, menyalin dan memindah setiap watak ke dalam dirinya. Dion Boucicault pernah menuliskan, “Jika aktor dan aktris berpikiran untuk lebih mempergunakan apa yang ada dalam dirinya ketimbang watak tokoh yang diperankan sebagai inspirasi dalam pementasan, maka mereka tidak akan pernah bisa keluar dari jebakan diri. Banyak aktor berpikir bahwa mereka mempelajari perwatakan tokoh sama halnya dengan mereka mempelajari dirinya sendiri”.

baca juga : Gaya Akting 2

Seorang aktor mesti mempertimbangkan semua keadaan terberi yang ada dalam lakon untuk menciptakan topeng (karakter) yang tepat yang dibutuhkan dalam keseluruhan jalinan peristiwa lakon. Aktor mesti was-was bahwa karakter mungkin dapat dikonstruksi melalui ritme dan gambaran dari wicara dan fungsi struktural dalam lakon sebagaimana gambaran nyata secara biologis dan biografis; bahwa penulis lakon mungkin berkehendak merayakan humor sebanding dengan detail psikologi; dan bahwa tingkah laku artifisial yang tertulis di beberapa lakon harus dikenali sebagai bentuk representasi kenyataan pada masa itu, dan mesti direproduksi jika memang kualitas lakon yang akan disajikan. Jika seorang aktor menciptakan topeng yang tepat dan dapat memainkannya dengan meyakinkan sesuai tuntutan lakon, maka ia dapat disebut bermain secara jujur. 

Kita mesti kembali melihat secara jelas penggunaan istilah “topeng”. Terpisah dari etimologi dan arti sejarahnya, topeng mungkin dapat digunakan untuk mendskripsikan fungsi struktural penampilan tokoh dalam lakon – yang mana menunjukkan kenyataan bahwa teater bukanlah kenyataan melainkan ilusi dari kenyataan. Richard Schechner meneguhkan, “Kesalahan besar diciptakan karena pemain dan sutradara berpikir bahwa tokoh-tokoh sebagai orang nyata dan bukan tokoh lakon (topeng yang dihadirkan melalui aksi dramatik). Sebuah peran menyesuaikan dengan logika teater, bukan logika dari sebarang sistem kehidupan. Memikirkan peran sebagai seseorang seperti halnya berpiknik di lukisan pemandangan”. Dengan demikian, sebuah topeng memuat segala hal yang diperlukan karakter untuk melakukan pembongkaran validitas fungsi selama permainan. Hal ini merupakan serangkaian pilihan gerak badani termasuk di dalamnya adalah gaya rambut, kualitas vokal, busana, dan irama gerak fisik yang dihasilkan dari langkah kaki maupun gaya berjalan. Pilihan-pilhan ini akan berbeda dengan kebutuhan yang berbeda dari setiap teks. Terkait hal ini, Robert Benedetti menjelaska, “Topeng merupakan serangkaian postur, gestur, suara, dan aksi yang ditampilkan oleh aktor. ....perbedaan jenis akting, memiliki tujuan berbeda, memerlukan hubungan berbeda antara aktor dan tokoh peran”. 

Topeng lebih badani ketimbang emosional. Stanislavski yang namanya secara eksklusif melekat pada proses penjiwaan dan penemuan emosi, pernah menyadari sepenuhnya keunggulan aksi fisik (gerak badani) dan pemilihan topeng. “Gestur tipikal”, katanya, “membantu pemain mendekatkan diri ke tokoh peran yang ia potret, sementara pelibatan gerak-gerik personal (yang tidak diperlukan oleh topeng) justru memisahkan, mendorong, dan mengarahkan aktor pada emosi personal”. Secara fundamental tidak ada kontradiksi antara kebutuhan topeng dan bermain dan kebutuhan proses penjiwaan. Psikologi Gestalt mengajarkan adanya hubungan yang dekat antara respons fisik dan emosi, dan Grotowski, bersama dengan para praktisi teater modern lain, merasakan bahwa artikulasi bagian fisik dari peran secara aktual mengarah ke dukungan untuk penjiwaan. 
==== bersambung ====

Share This :

0 komentar