BLANTERWISDOM101

AKTOR

Rabu, 12 Oktober 2022

 


Oleh: Moe Minkara

Apakah akting itu dan siapakah yang dapat kita sebut sebagai aktor? Secara fakta, kita semua adalah aktor. Setiap manusia adalah aktor dalam kehidupan sehari-hari. Karenanya, akting dapat dibedakan menjadi dua bagian berdasar pada kebutuhan profesional dan keseharian. Di dalam khasanah akting profesional terdapat dua kategori utama, yaitu seni imitasi dan seni untuk “menjadi”. Disebut imitasi ketika aktor mencoba untuk menirukan ekspresi atau mengimitasikan karakter tertentu melalui cara bicara dan gerak-gerik fisik yang mirip keseharian karakter tersebut. Namun begitu, imitasi belumlah cukup karena meskipun aktor mampu mengimitasi karakter, ia tetaplah tidak (belum) merasa sebagai karakter tersebut secara utuh dan hal ini membuat sulit bagi penonton untuk mempercayai apa yang mereka saksikan. Oleh karena itu, tahap kedua terpenting bagi aktor adalah untuk meyakini diri dan menjelma “menjadi” karakter tersebut.

Guna mencapai tujuan “menjadi” tersebut, seorang aktor harus mempelajari dengan baik dan hati-hati karakter yang akan diperankan. Ia harus mempelajari setiap detail, kesulurahan penubuhan mulai dari cara bergerak sampai hal terkecil yang dimiliki karakter. Kadang-kadang, seorang aktor perlu melepaskan kehidupan pribadinya untuk membiasakan diri dan menjadi nyaman dengan karakter yang akan diperankan. Salah satu hal penting yang mesti dimiliki seorang aktor adalah keahlian dalam hal teknik yang mana mengharuskan seorang aktor untuk melatihkan kehandalan dalam satu atau beragam kemampuan seperti penggunaan suara atau tubuhnya. Keahlian dalam hal teknik ini akan membawa keajaiban dalam pemeranan karakter atau pemujudan “seseorang”. 

Aspek penting kedua adalah keajaiban yang menyertai penampilan, daya tarik, dan karisma. Keajaiban tersebut terasa dan dapat dianggap sebagai perasaan atau getaran yang dikirimkan aktor kepada para penonton. Agar supaya menjadi aktor yang baik, seseorang mesti memahami dan mampu menggunakan instrumen yang ada dalam dirinya. Instrumen aktor ini dapat dideskripsikan dengan baik sebagai pengendalian pikir yang dibagi ke dalam dua bagian, yaitu fisiologis dan psikologis. Faktor paling penting dalam kaitannya dengan instrumen fisiologis adalah suara termasuk di dalamnya pernafasan, wicara, proyeksi dan kontrol kekuatan yang dimiliki seseorang untuk mengendalikan suaranya. Lebih lanjut, faktor pokok lain yang perlu menjadi pertimbangan adalah instrumen psikologis. Instrumen ini digunakan untuk mengendalikan rileksasi fisik, otot, keekonomian dalam bertindak, ritmik ekspresif, dan pola gerakan. Semua in akan membantu karakter dalam merawat aksinya selama pertunjukan di atas panggung berlangsung. Imajinasi dan surprise merupakan senjata penting atau kekuatan bagi aktor, membantu aktor untuk menyajikan kenyataan dan spontanitas di atas panggung. Dua hal ini amat sangat penting bagi aktor dibandingkan disiplin lainnya. 

Kehidupan seorang aktor bukanlah perjalanan yang mudah untuk dilakoni. Diperlukan banyak kerja keras, konsentrasi, dan kesabaran pada hampir setiap jam dalam keseluruhan hari. Aktor harus mampu mengendalikan dirinya dan mengetahui bagaimana berhubungan dengan orang-orang dan yang terpenting lagi bagaumana ia mesti berhubungan dengan rekan kerjanya. Menjadi aktor yang disiplin bukanlah berarti menjadi budak, paling tidak aktor mesti mengetahui bagaimana bekerja dengan keras untuk mengembangkan instrumen fisiologis dan psikologis.

Lebih jauh lagi, faktor lain yang penting adalah wicara aktor. Di dalam kategori ini, terdapat dua metode tradisional yang biasa dilakukan oleh para aktor. Pertama adalah metode eksternal atau teknikal dan berikutnya metode internal atau keyakinan. Metode eksternal adalah ketika aktor memainkan peran secara fisik tanpa perlu memperdulikan perasaan personal. Para penganut metode ini menganggap penampilan aktor sebagai analogi atas kenyataan daripada sebuah proses penubuhan peran secara langsung. Berlawanan dengan hal itu, metode internal fokus pada asumsi personal aktor atas peran yang dimainkan. Metode internal ini berusaha untuk memperdalam dimensi psikologis penyajian dan membantu proses asimiliasi karakter yang akan dimainkan senyatanya. Aktor harus menghidupkan peran (karakter) di atas panggung.

Setiap aktor mesti melalui rutinitas komposisi tiga tahap; audisi, latihan, dan pada akhirnya pementasan. Tahap pertama adalah tahap aktor mendapatkan perannya. Tahap kedua adalah tahap di mana aktor mempelajari peran. Tahap tekahir adalah tahap aktor mewujudkan peran tersebut. Dalam sesi audisi, sangatlah vital bagi aktor untuk terlihat tenang dalam membawakan dan mengatasi peran, menjaga penampilan natural, fisik, suara, dan emosi yang susai dengan peran. Semuanya ditambah dengan kemenarikan penampilan merupakan keharusan agar keajaiban yang diperlukan dalam peran itu muncul. Di saat latihan, aktor perlu mempelajari dan meresapi perannya dan harus merasa nyaman-serasi dengan karakter dan mencoba untuk lesap dalam peran agar tujuan peran yang sesungguhnya dapat tercapai. Waktu latihan adalah saat untuk melakukan eksperimentasi dan penemuan. Sementara itu, tahap pertunjukan merupakan sebuah penghargaan bagi perjalanan aktor yang mesti dilewati.

Sementara itu ada hal yang mesti diperhatikan oleh aktor, meskipun tidak terkesan serius namun cukup membuat repot, misalnya masa latihan. Sebuah latihan yang berhasil baik dapat saja hancur ketika dipentaskan, demikian juga sebaliknya. Seorang aktor, oleh karena itu, harus dapat mengendalikan demam panggung dengan membiarkan dirinya menikmati permainan tanpa membiarkan pikiran yang lain masuk. Kehadiran atau penampilan merupakan faktor yang sangat penting di atas panggung, dan untuk itu aktor harus yakin terhadap diri dan peran yang dimainkannya. Selain itu, hal penting yang patut dicatat adalah bahwa pertunjukan bukanlah komunikasi searah melainkan dua arah antara aktor dan partisipasi penonton. Aktor menampilan aksnya melalui gerakan dan tawa sementara penonton memberikan umpan balik melalui sikat diam, tertawa, tepuk tangan, dan perhatian. Sangatlah esensial untuk mengetahui bahwa penampilan aktor tidak berakhir ketika lakon berakhir, hal itu akan terus berlanjut sampai layar ditutup di mana aktor akan belajar dari pementasan tersebut untuk menambah pengetahuan yang dapat ia terapkan pada penampilan berikutnya. 

Secara umum dapat saya katakan bahwa akting adalah gaya hidup yang melekat. Semudah apa yang dapat disaksikan, hidup seorang aktor sangatlah keras dan tidak selalu mendapatkan pujian seperti yang banyak dibayangkan oleh orang-orang. Karir profesional sepanjang hayat di bidang akting merupakan tujuan dari banyak orang namun hanya sedikit yang bisa mencapainya.

diterjemah secara bebas oleh Eko Santosa dari: www.eduessays.com/

#teater #akting #aktor #seni #ekosantosa #theaterbyrequest


Share This :

0 komentar