BLANTERWISDOM101

Selintas Mengenai Metode Stanislawski

Rabu, 31 Agustus 2022

 


Oleh: Michael Mills

Meskipun penggemar film sangat terbuka untuk mengemukakan pendapatnya mengenai akting, subjek bahasan khusus penampilan aktor paling tidak menjadi satu bagian yang dianalisis dalam konteks estetika film. Kontribusi apakah yang sesungguhnya disumbangkan para aktor dalam seni flm, dan bagaimana mereka melakukannya? Lee Strasberg (1899-1982), seorang guru dan ahli teori akting dan pemimpin Actors Studio, menyatakan bahwa hal paling efektif bagi para aktor adalah mereka yang tidak berakting. “Mereka mencoba untuk tidak berakting melainkan menjadi diri sendiri dalam merespon atau mereaksi”, demikian katanya. Kalimat ini sangat mungkin menimbulkan perdebatan mengingat citra dan peran aktor dibentuk dari beberapa faktor seperti yang dilatihkan di studio dan melalui tata laku sesuai genrenya. Namun kalimat Strasberg tersebut sejalan dengan makna sejati Metode Stanislawski di mana para aktor tidak bisa mengekspresikan emosi peran sebagaimana yang biasa terjadi di panggung konvensional melainkan bersikap dan berbicara seturut kehidupan nyata.

Konstantin Stanislawski merupakan sutradara Moscow Art Theater, menulis beberapa buku tentang akting, yang pertama adalah Persiapan Aktor yang dipulikasikan dalam bahasa Inggris pada tahun 1936. Namun sebelum itu, salah satu muridnya, Richard Bolelawsky (1889-1937), membuka sekolah akting di New York dan mulai mengajarkan prinsip akting Stanislawskian (Bolelawsky pada dekade 1930-an menetap di Hollywood dan menyutradarai beberapa film).

Karya pertunjukan pertama yang sangat signifikan sebagai perwujudan gagasan akting Stanislawski dipersembahkan oleh Group Theater di New York tahun 1931. Namun, karya paling terkenal dari Group Theater adalah sebuah produksi yang menggambarkan semangat radikal nan militan pada dekade 1930-an yang berjudul “Waiting for Lefty”, ditulis oleh  Clifford Odets (1903-1963) yang kemudian menjadi penulis skrip dan sutradara di Hollywood. Group Theater memang tidak bertahan sampai dekade 1930-an berakhir, namun pengaruhnya tetap berlanjut di Hollywood melalui kehadiran Actors Studio.

Selepas Perang Dunia II, dalam konteks Actors Studio, Metode Stanislavski memisahkan diri dari konotasi politik radikal (Group Theater menjadi target investigasi anti komunis) dan mulai menekankan personalisasi melalui pendekatan akting psikologis. Oleh karena itu, “Metode” mewajibkan para aktornya untuk menelaah diri sendiri atas pengalaman, memori, dan emosi yang mungkin dapat memberikan gambaran mengenai karakterisasi dan wujud laku serta wicara tokoh. Dengan demikian, tokoh mendapatkan gambaran penampilan luarnya dari pada sekedar mewujudkan tokoh secara setereotip berkonsep tunggal seperti protagonis (pahlawan) dan antagonis (penjahat). Melalui penelaan diri secara psikologis, tokoh dapat muncul sebagai manusia yang kompleks dengan berbagai ragam perasaan dan kehendak yang bahkan saling bertentangan. Kemampuan untuk menerjemahkan kompleksitas perasaan dan jiwa manusia inilah yang menjadikan aktor seperti Marlon Brando, Montgomery Cliff, dan James Dean sebagai figur emblematik (tak mudah dilupakan) pada masa pasca perang.

Dua karakter yang paling dikagumi dalam sejarah film Amerika menurut Steve Wineberg, seorang sejarahwan “method acting” (metode akting), adalah adegan mobil taxi dalam film “On the Waterfront”, yang diperankan oleh dua orang aktor alumni Actors Studio, yaitu Marlon Brando sebagai Terry Malloy dan Rod Steiger sebagai Charley, sang kakak. Terry menggali riwayat pengkhianatan yang dilakukan oleh kakaknya, Terry berkata, “Saya bisa saja menjadi pesaing”, dan wajah Charley langsung membayangkan kematian yang akan segera tiba padanya.

– (1998)--

diterjemah oleh Eko Santosa dari: http://www.moderntimes.com/palace/method.htm

#teater #akting #aktor #seni #ekosantosa #theaterbyrequest
Share This :

0 komentar