Oleh: Eko Santosa
2. Jalan terjal yang tak terpahami
Pekerjaan seorang aktor berbeda dengan karyawan kontrak sebuah perusahaan. Jika seorang karyawan dikontrak untuk bekerja dalam kurun waktu tahunan, maka aktor mendapatkan kontrak untuk bekerja dalam 1 produksi yang mana waktu penyelesaiannya sangat tergantung dari proses produksi tersebut. Jika dihitung waktu, maka kontrak kerja aktor lebih singkat. Jika dihitung dari keberlanjutan, kontrak kerja karyawan terkadang dapat diperpanjang dengan mudah, sementara aktor harus mencari kontrak baru selepas menyelesaikan pekerjaannya.
Situasi pekerjaan semacam ini belum tentu terpahami oleh para calon aktor atau bahkan oleh para pelaku teater yang belum mengenal industri. Kesulitan mendapatkan kontrak adalah ujian dan tantangan aktor sebelum berlanjut ke tantangan proses produksi. Dalam mendapatkan kontrak kerja, seorang aktor dilarang utuk mengeluh dan menyerah. Artinya, dalam industri akting baik itu film, televisi ataupun panggung komersial, kecakapan bermain bukan satu-satunya hal yang menjadi pertimbangan pemberi pekerjaan. Sikap, kepribadian, visi positif dan hal-hal lain terkait kebutuhan artistik dapat menjadi pertimbangan pemberi kontrak. Oleh karena itu, seorang aktor yang tidak lolos audisi tidak diperkenankan marah, frustrasi atau menyalahkan diri sendiri. Hal positif yang perlu dilakukan adalah tetap terus melatih dan mengembangkan kemampuan akting. Dengan demikian, sekali ditolak, seorang aktor mesti tetap positif dan kembali berusaha untuk mendapatkan kontrak yang lain.
baca juga : Perbincangan Seputar Teater -1
Di dalan dunia profesional, misalnya di Amerika dan Eropa, seorang aktor mesti bergabung dalam asosiasi dan memiliki manajer (agensi) yang tugasnya adalah mencari dan mengurus kontrak untuknya. Untuk itu, pemahaman ikatan hukum dan ekonomi antara aktor dan manajer harus dipahami. Hal ini menandakan bahwa sejak sebelum kontrak kerja didapatkan, seorang aktor mesti harus mau bersusah payah, memahami hukum kontrak kerja dan mau bekerjasama dengan seorang manajer. Selain itu, tata kelola fee yang didapat aktor dari kontrak kerjanyapun harus clear dibicarakan dengan pihak agensi. Jika salah dalam hal ini, bisa jadi aktor tidak mendapatkan jumlah sesuai ekspektasi selepas kontrak selesai.
Jalan terjal dalam mendapatkan kontrak kerja yang harus dilalui sama tidak mudahnya ketika proses produksi sudah mulai dijalankan. Produksi panggung, film, dan televisi memliki kekhasan masing-masing. Sistem kerja yang berbeda membuat jadwal serta tata kerja yang berbeda pula. Dalam situasi semacam ini aktor harus mudah dalam beradaptasi. Artinya, ia tidak bisa menetapkan satu kerangka kerja, seperti yang biasa ia lakukan, sebagai acuan. Sifat produksi yang khas bisa jadi menuntut aktor bekerja lebih keras, berlatih kemampuan lain untuk memperdalam karakter yang diperankan, bekerja dengan orang baru yang belum tentu menyenangkan, pola produksi yang berbeda dari sebelumnya, keteraturan jadwal yang terkadang bergantung pada situasi dan kondisi, serta hal-hal teknis lain yang berpengaruh secara psikologis.
Di dalam proses produksi, hal-hal teknis memang dapat mempengaruhi psikologi. Misalnya, ketika pengambilan gambar berlangsung tiba-tiba ada orang lewat, hujan turun, suara dari jauh yang terdengar keras, dan hal lainnya sehingga perlu dilakukan re-take (pengambilan gambar ulang). Jika psikologi aktor tidak siap menghadapi kondisi semacam ini, maka bisa jadi penjiwaan karakter yang diperankan pun akan terganggu. Pada akhirnya, orang menyaksikan bahwa aktor tersebut tidak cukup mampu memerankan tokoh. Hal yang sangat merugikan bagi aktor tersebut. Oleh karena itulah, jalan terjal proses menjadi aktor dalam sebuah produksi harus dipahami dengan baik agar gambaran pekerjaan seorang aktor didapatkan secara utuh.
===bersambung====
0 komentar